Rabu, 18 Mei 2011

DRAMA


Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan
dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku,
mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana
sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan
drama disebut aktor atau lakon. Menurut website google.com, berikut adalah beberapa pengertian drama.
  1. Menurut Moulton, drama adalah : hidup yang dilukiskan dengan gerak
    (life presented action). Jika buku roman menggerakan fantasi kita, maka
    dalam drama kita melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung
    di muka kita sendiri.
  2. Menurut Brander Mathews : Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
  3. Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak manusia dengan action.
d. Menurut Balthazar Verhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia dengan gerak.
Jadi menurut saya drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk
dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan
akting dihadapan penonton.

2) Pengelompokan Drama Berdasarkan Isi Lakon
berdasarkan isi lakon , drama dapat dibedakan menjadi:
  1. Drama Komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
  2. Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
  3. Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya
  4. Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
  5. Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
  6. Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
  7. Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
  8. Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak- gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
  9. Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
  10. Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.

3) Pengelompokan Drama Berdasrkan Isi
Berdasarkan isinya, drama dapat dibedakan atas:
  1. Drama Absurd adalah drama gila-gilaan yang didalamnya mengabaikan konvensi struktur semantic (makna kata).
  2. Drama Borjuis adalah drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan atau kalangan atas.
  3. Drama Domestik adalah drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa atau kalangan bawah.
  4. Drama duka adalah drama yang menceritakan tikaian di antara tokoh
    utama den kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka
    atau kesedihan.
  5. Drama dukaria adalah drama yang alurnya lebih cocok untuk drma duka, tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
  6. Drama ria adalah drama ringan yang sifatnya menghibur, walaupun
    selorohan di dalamnya dapat bersifat sebagai sindiran, dan biasanya
    berakhir dengan kebahagiaan.
  7. Drama heroik adalah drama yang merupakan peniruan bentuk tragedi dan selalu bertemakan cinta dan nama baik.
  8. Drama moralis adalah drama keagamaan yang bersifat alegoris, berisi konflik atau kebajikan dan kejahatan.
  9. Drama rakyat adalah drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festifal –festifal rakyat yang ada. Termasuk dalam drama jenis ini, antara lain: Ludruk dan Lenong.
  10. Drama tendens adalah drama yang berisi masalah sosial, seperti kepincangan-kepincangan yang terjadi di masyarakat.

4) Pengelompokan Drama Berdasarkan Masa
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1.      Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari. Drama modern seperti yang kita kenal sekarang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1900, seperti Malay Opera, Stambul, dan Komedi Bangsawan.
2.      Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya. Dalam kebudayaan Indonesia kita mengenal berbagai macam drama yang
merupakan drama klasik atau bisa disebut juga drama tradisional, seperti wayang
orang, ludruk, ketoprak dan lenong.

5) Unsur Intrinsik Drama
Unsur-unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembangunan struktur yang ada di dalam drama itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik drama antara lain:
1.      Alur/Plot
Alur/plot yaitu jalan cerita. Dalam alur sebuah naskah drama bukan permasalahan maju-mundurnya sebuah cerita seperti yang dimaksudkan dalam karangan prosa, tetapi alur yang membimbing cerita dari awal hingga tuntas. Alur/plot dalam drama berbentuk piramida yang diawali dengan unsur eksposisi, dilanjutkan dengan komplikasi, memuncak pada klimaks, menurut kembali pada resolusi, dan berakhir pada konklusi.

2.      Amanat
Amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada penonton. Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.
3.      Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai sarana komunikasi.Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah kosakata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan gaya bahasa (style).
Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya, dan pendidikan.Bahasa tersebut bertujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.
4.      Dialog
Dialog adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan keseharian. Dialog drama ada yang realistis komunikatif, tetapi ada juga yang tidak realistis (estetik, filosopis, dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan dengan karekter tokoh cerita.
5.      Latar
Latar adalah tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk kepada tempat, tetapi juga ruang, waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian, sistem pekerjaan, dan sistem kehidupan yang berhubungan dengan tempat terjadinya peristiwa yang menjadi latar ceritanya.
6.   Petunjuk Teknis
Petunjuk teknis adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh seorang penulis naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang ingin mementaskannya. Petunjuk teknis dalam naskah drama bisa berupa paparan tentang adegan demi adegan, profil tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan) tata lampu, tata musik, tata panggung, dan daftar properti yang harus disiapkan.

7.      Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran atau sesuatu yang menjadi persoalan.
8.      Tokoh
Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh. Itulah sebenarnya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak. Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah perwatakan atau karakterisasi (tidak sama dengan karakteristik) (Saliman : 1996 : 32). Menurut Akhmad Saliman (1996 : 25 : 27) berdasarkan peranannya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni :
a.       Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat,
b.      Protagonis, tokoh utama berprilaku baik,
c.       Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu.
Tokoh berdasarkan fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi menjadi 3 macam juga, yakni :
a.       Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita,
b.      Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau protagonis,
c.       Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita dalam alur cerita.
Tokoh watak atau karakter dalam drama adalah bahan baku yang paling aktif dan dinamis sebagai penggerak alur cerita. Para tokoh dalam drama tidak hanya berfungsi sebagai penjamin bergeraknya semua peristiwa cerita, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk, dan pencipta alur cerita. Tokoh demikian disebut tokoh sentra (Saliman, 1996 : 33).
Penokohan, gerak, dan cakapan adalah tiga komponen utama yang menjadi dasar terjadinya konflik (tikaian) dalam drama. Pada hakekatnya, konflik (tikaian) merupakan unsur instrinsik yang harus ada di dalam sebuah drama.
Tokoh cerita dalam drama dapat diwujudkan dalam bentuk 3 dimensi, meliputi:
a.       Dimensi fisiologi, yakni ciri-ciri fisik yang bersifat badani atau ragawi, seperti usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri wajah, dan ciri-ciri fisik lainnya.
b.      Dimensi psikologi, yakni ciri-ciri jiwani atau rohani, seperti mentalitas, temperamen, cipta, rasa, karsa, IQ, sikap pribadi, dan tingkah laku.
c.       Dimensi sosiologis, yakni ciri-ciri kehidupan sosial, seperti status sosial, pekerjaan, jabatan, jenjang pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan pribadi, sikap hidup, perilaku masyarakat, agama, ideologi, sistem kepercayaan, aktifitas sosial, aksi sosial, hobby pribadi, organisasi sosial, suku bangsa, garis keturunan, dan asal usul sosial.

6) Unsur Ekstrinsik Drama
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain. Unsur ektrinsik ini biasanya meliputi:
a.       Latar belakang pengarang
b.      Latar belakang masyarakat ( politik, ekonomi, social budaya)
c.       Latar belakang sejarah
d.      Pandangan hidup pengarang
7) Teks Drama
      Teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog-dialog dan yang isinya membentangkan sebuah alur. Drama itu berbeda dengan prosa cerita dan puisi karena drama dibuat untuk dipentaskan. Pembaca yang membaca teks drama tanpa menyaksikan pementasannya mau tidak mau membayangkan jalur peristiwa di atas panggung. Pengarang drama pada prinsipnya memperhitungkan kesempatan ataupun pembatasan khas, akibat pementasan. Maka dari itu teks drama berkiblat pada pementasan.
Ada naskah yang dapat dipentaskan dan ada yang tidak, misalnya drama "Awal dan Mira" karya Utuy Tatang Sontani. Drama ini sulit untuk dipentaskan tetapi enak untuk dibaca (lihat Rosidi, 1982:114).
Dari penjelasan di atas, terdapat suatu perbedaan nyata dari keduanya. Perbedaan itu adalah:
  1. Drama sebagai text-play atau naskah adalah hasil sastra 'milik pribadi', yaitu milik penulis drama tersebut, sedangkan drama sebagai teater adalah seni kolektif.
  2. Text-play masih memerlukan pembaca soliter (pembaca yang mempunyai perasaan bersatu), sedangkan teater memerlukan penonton kolektif dan penonton ini sangat penting.
  3. Text-play masih memerlukan penggarapan yang baik dan teliti baru dapat dipanggungkan sebagai teater dan ia menjadi seni kolektif.
  4. Text-play adalah bacaan, sedangkan teater adalah pertunjukan atau tontonan.
Berdasarkan hal di atas, antara keduanya harus dibedakan secara tegas, walaupun pada umumnya penulisan naskah drama itu bertujuan untuk dipentaskan atau dilakonkan. Teori-teori dari beberapa orang ahlipun memperlihatkan bahwa pembahasan aspek-aspek drama dalam dua pengertian drama di atas berbeda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar